Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (PW RMI-NU) Sumatera Selatan melakukan audiensi sekaligus perkenalan dengan pihak rektorat UIN Raden Fatah Palembang, di Gedung Rektorat Kampus B, UIN Raden Fatah, Jakabaring Palembang, Jum’at (27/8/2021)
Hadir dalam audiensi dari pihak UIN Raden Fatah antara lain Rektor Prof. Dr. Nyayu Chodijah, S. Ag., MSi., Wakil Rektor I Dr. M. Adil, M. Ag., Wakil Rektor II Dr. Abdul Hadi, MA., Wakil Rektor III Dr. Hamidah, M. Ag. Sedangkan dari PW RMI NU Sumsel hadir Ketua KH. Syarif Chumas Asyawaly, Sekretaris Kiai Zainal Abidin, Bendahara Habib Abdulloh Asad Basyaiban, Penasehat KH. Dr. Syamsuddin, TB., S.Ag. M.Pd.I, Divisi Khazanah Pesantren Ustadz Dwi Nofari, Divisi Media dan Informasi Damas Alhasy, Divisi Hukum Edison Wahidin, SH. MH, dan Wakil Sekretaris Rohmatul Arfan, S.Pd serta Wakil Bendahara Dedek Iskandar.
Audiensi berlangsung hangat dalam dialektika yang konstruktif untuk menjajaki potensi-potensi yang dimiliki kedua belah pihak yang selanjutnya bisa ditindaklanjuti menjadi kerjasama yang diformalkan dalam bentuk MOU (Memorandum of Understanding) antara UIN Raden Fatah dan RMI NU Sumsel.
Ketua RMI NU Sumsel dalam mukadimahnya mengatakan bahwa di bawah kepengurusannya ia bertekad untuk membawa RMI NU berperan lebih maksimal dalam pengembangan dan pemberdayaan pesantren. Salah satunya adalah melalui kerjasama dengan pihak lain, termasuk dengan UIN Raden Fatah.
“Pesantren yang ada di Sumsel ini mayoritas merupakan pesantren Nahdliyin. Untuk itu, RMI dengan jaringan pesantrennya harus berperan lebih maksimal dalam menawarkan program-programnya, bukan hanya untuk pemberdayaan pesantren tetapi juga untuk membantu lembaga lain secara sinergis melalui skema kerjasama,” kata Gus Syarif, sapaan akrab KH. Syarif Chumas Asyawaly.
Khususnya dengan UIN Raden Fatah, imbuh Gus Syarif, banyak garapan yang bisa disandingkan; antara lain misalnya dalam penerimaan mahasiswa baru. UIN Raden Fatah bisa memberikan prioritas kepada alumni pesantren untuk diterima sebagai mahasiswa baru dengan kebijakan khusus, atau mahasiswa UIN Raden Fatah melakukan program pengabdian di pesantren.
Hal senada disampaikan Penasehat RMI Sumsel KH. Syamsuddin dimana beliau menegaskan urgensinya membangun jalinan kerjasama antara pesantren dan perguruan tinggi seperti UIN Raden Fatah. Hal ini penting agar pengembangan pesantren dapat berlangsung lebih cepat dan sebaliknya.
“Kemitraan antara lembaga pesantren dengan perguruan tinggi saat ini sudah menjadi hal yang urgent dalam rangka membuka akses bagi pesantren untuk bekerjasama mengembangkan perguruan tinggi atau ikut berperan atau dilibatkan dalam proses belajar mahasiswa di perguruan tinggi, seperti UIN Raden Fatah,” kata KH. Syamsuddin.
Sementara, Wakil Rektor I Dr. M. Adil, M. Ag., mengungkap data yang menunjukkan bahwa input atau mahasiswa baru yang mendaftar di UIN Raden Fatah justru didominasi alumni SMA dibanding alumni pesantren. Misalnya, untuk tahun ajaran 2020-2021, alumni SMA yang mendaftar di UIN Raden Fatah berjumlah 1.300 orang lebih, sementara mereka yang dari pesantren jumlahnya kurang dari seribu orang.
“Data yang saya miliki, alumni SMA yang mendaftar sebagai mahasiswa baru mencapai lebih dari 1.300 orang, sementara yang berasal dari pesantren tidak sampai seribu orang. Ini ada persoalan dan menjadi PR kita bersama. Untuk itulah UIN Raden Fatah perlu menjalin kerjasama dengan pesantren untuk, minimal, menyeimbangkan disparitas tersebut,” kata M. Adil.
Menyambut audiensi pengurus RMI NU Sumsel yang notebene sebuah lembaga yang identik dengan kiai atau ulama, Rektor UIN Raden Fatah Prof. Dr. Nyayu Chodijah, S. Ag., MSi. merasa tersanjung dan mendapat kehormatan karena, menurutnya, dikunjungi kiai atau ulama adalah suatu keistimewaan.
Dr. Nyayu Chodijah pun sepakat dengan apa yang diutarakan oleh pengurus RMI NU Sumsel bahwa UIN Raden Fatah harus membangun kemitraan dengan RMI NU yang menjadi wadah bagi pesantren-pesantren yang ada di Sumsel.
“Tidak bisa tidak, UIN Raden Fatah perlu bermitra dengan pesantren untuk mengisi hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh pihaknya. Sebagai perguruan tinggi Islam, UIN Raden Fatah memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan output yang kompeten dan qualified. Namun, jika melihat input awalnya yang demikian, seperti yang disampaikan pak Warek I, kami menyadari bahwa ini tugas berat,” urai Dr. Nyayu Chodijah.
Untuk itu, lanjut Dr. Nyayu Chodijah, UIN Raden Fatah harus menggandeng pihak pesantren dimana kemudian melalui program-program yang disepakati bersama, UIN Raden Fatah dan pesantren, melalui RMI NU Sumsel, bisa menambal kekurangan-kekurangan yang ada yang pada akhirnya alumni UIN akan memiliki kompetensi yang memadai sebagaimana yang diharapkan masyarakat.
Kedepan, tambah Dr. Nyayu Chodijah, UIN Raden Fatah juga akan memprioritaskan alumni pesantren dalam penerimaan mahasiswa baru untuk menjaring bibit-bibit unggul dengan memberikan kemudahan-kemudahan melalui penyediaan beasiswa atau yang lainnya. Lebih lagi, ada prodi-prodi yang memang inputnya harus dari pesantren, seperti prodi Ilmu Tafsir Quran (ITQ) atau prodi Perbandingan Mazhab.
Pada kesempatan yang sama, Bendahara RMI NU Sumsel Habib Abdulloh Basyaiban menambahkan perlu adanya terobosan untuk mengatasi minimnya input UIN Raden Fatah yang berasal dari alumni pesantren. Misalnya dengan mengadakan kelas jauh di pesantren atau meng-hire ustadz-ustadz pesantren untuk mengajar di UIN.
“Keengganan alumni pesantren untuk masuk UIN harus dicari jalan keluarnya, bila dimungkinkan misalnya dengan cara membuka kelas UIN di pesantren. Hal ini karena para santri rata-rata lebih senang menuntaskan masa belajarnya di pesantren,” jelas Habib Abdulloh.
Ada banyak hal yang dibahas dalam audiensi yang berlangsung selama kurang lebih dua setengah jam tersebut. Selain hal yang berkaitan dengan pendidikan, juga dibahas tentang program pemberdayaan ekonomi pesantren.
Hasil pembicaraan dalam audiensi tersebut selanjutnya akan dirumuskan menjadi program-program untuk mengkongkritkan jalinan kerjasama antara UIN Raden Fatah dengan RMI NU Sumsel yang dituangkan dalam MOU antar kedua belah pihak. (rmi/da)
Discussion about this post