Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un, segenap Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PW RMI NU) Sumsel mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya Ulama sekaligus Imam Besar Masjid Agung Kota Palembang, KH Kgs Ahmad Nawawi Dencik Al Hafidz, Minggu (27/06/21) pukul 14.07 WIB di RSPAD Pav Kartika Jakarta.
Kabar duka itu dibenarkan Sultan Mahmud Badaruddin IV RM Fauwas Diraja.
“Innalillahi, kita kembali kehilangan seorang guru, orang tua yang menjadi panutan kita semua. Kabar duka saya juga terima dari grup WA, juga ada dari pihak keluarga almarhum yang menginfokan ke saya langsung” ucap Sultan Minggu (27/06/21).
Menurutnya, KH Nawawi Dencik seorang Al Hafidz adalah ulama yang menjadi kebanggaan warga Sumatera Selatan. Beliau tokoh besar, dikenal sebagai penghafal Al Quran yang dekat dengan generasi muda.
“Semoga nanti akan ada muncul Hafidz lainnya yang seperti beliau, bahkan lebih membanggakan, sehingga juga membanggakan almarhum” tuturnya.
KH Nawawi Dencik pernah menjadi Tokoh Inspirasi dalam program Sahur Bersama RRI 2019 lalu. Menurut reporter RRI Aditia Abrianto, almarhum merupakan sosok yang tak tergantikan. Almarhum merupakan Al Hafidz yang menjadi teladan bagi semua masyarakat.
“Saya ingat waktu tahun 2019, ketika beliau dengan kesederhaan menceritakan untuk menjadi seorang Hafidz tidaklah sulit. Terpenting mencintai Al Quran. Beliau menjadi penghafal Al Quran saat masih duduk di Sekolah Dasar” ungkap Aditia, Minggu (27/06/21).
Menurut Aditia, peran KH Nawawi Dencik untuk RRI sangat besar. Karena sebagai Imam Besar, almarhum sering mengisi acara ataupun narasumber, seperti Silang Idul Fitri dan juga wawancara liputan MTQ
“Beliau sering menjadi juri MTQ. Saat menjadi juri MTQ di Muba tahun 2015, saya selalu mengandalkan dia untuk menjadi narasumber, dan hasilnya beliau selalu siap meskipun sangat sibuk” tutup Aditia.
Kecintaaan KH Nawawi Dencik terhadap Al Quran juga di realisasikan beliau dengan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Alquran atau STIQ yang berlokaso di Lorong Zuriah, Kecamatan Kemuning Palembang, Sumatera Selatan.
Modal Lampu Teplok
Kiai kelahiran Palembang, 27 Februari 1959 ini mengungkap saat dirinya masih kecil, ia hanya memiliki modal minyak lampu untuk pergi ke rumah guru ngajinya.
Hidup di lingkungan perkampungan, ia selalu dididik oleh orangtua untuk mengaji dan belajar tentang Alquran.
“Dulu namanya di kampung, ustadz tinggal di 1 Ulu, jadi setiap magrib ngaji, bawa minyak lampu teplok untuk penerangan di jalan,” ungkapnya.
Namun semangatnya untuk belajar Alquran tak pernah lepas hingga akhirnya diminta untuk menjadi Imam Besar. Bahkan kini KH Nawawi juga melakukan hal yang sama seperti orangtua dulu lakukan kepadanya, ketujuh anaknya sudah mengikuti jejaknya untuk menghafal Alquran.
Selain berdakwah, KH Nawawi juga mendirikan pondok pesantren bernama Al Lathifiyah yang dihuni oleh ratusan santri. Ia juga mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Alquran atau STIQ yang berlokasi di Lorong Zuriah, Talang Aman, Kec. Kemuning, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30164.
Lokasi Pemakaman Sang Hafidz
Pengurus Ponpes Ahlul Quran Purwadi mengatakan bahwa sebelum meninggal, KH Nawawi Dencik selalu berpesan untuk dimakamkan di lingkungan pesantren. Tepatnya di lahan bekas berdirinya bangunan tempat pengurus ponpes.
“Bangunan ini dulunya selalu digunakan pengurus menerima setoran hafalan Alquran,” kata Mas Pur.
Sebelum dimakamkan, Jenazah dishalatkan terlebih dahulu di Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo Palembang yang dilakukan ribuan jamaah, Senin (28/6/2021).
Usai dishalatkan, jenazah KH Ahmad Nawawi Dencik Al Hafidz (62) langsung dibawa ke Pondok Pesantren (Ponpes) miliknya.
Pelayat yang hadir pun diramaikan tokoh penting di Sumatera Selatan (Sumsel). Tampak Gubernur Sumsel Herman Deru juga ikut menshalatkan jenazah KH Nawawi Dencik begitu tiba di Pondok Pesantren Ahlul Quran KM 10 Kota Palembang, Senin (28/6/2021) pagi.
Selain Herman Deru, turut hadir dalam shalat jenazah tersebut mantan Ketua DPR RI Marzuki Alie, Walikota Palembang, Harnojoyo, keluarga, dan masyarakat Palembang yang mencintai ulama besar pendiri Ponpes Ahlul Quran dan Ponpes Al Lathifiyyah tersebut.
(RMI/da)
Discussion about this post